Beranda /Hosting / Kenalan Yuk! Jenis-Jenis CMS dan Fungsinya di Dunia Website
cloud
thumbnail

Kenalan Yuk! Jenis-Jenis CMS dan Fungsinya di Dunia Website

Alya KireinaAlya Kireina Alya Kireina
Waktu membaca 7 menit
Update Terakhir 21 October 2025

Sebelumnya kita udah bahas CMS (Content Management System) open source yang cocok buat website anak muda. Nah, sekarang waktunya kenalan lebih luas sama jenis-jenis CMS yang ternyata nggak cuma open source aja. Variasinya banyak banget dan punya fungsi beda-beda. Penasaran, kan?

Apa Itu Content Management System (CMS)?

Jadi, Content Management System alias CMS itu semacam software atau platform yang bikin kita bisa ngatur isi website tanpa harus jadi jago coding. Dari bikin artikel, upload gambar, sampai update halaman, semuanya bisa dilakukan dari satu dashboard aja.

Dulu, CMS cuma dipakai buat manage konten website biar gampang diatur dan di-publish. Tapi sekarang? Dunia digital makin berkembang cepat. CMS bukan lagi cuma alat buat posting artikel, tapi udah jadi bagian penting dari strategi digital perusahaan, dari manajemen dokumen sampai distribusi konten lintas platform.

Bayangin aja, sekarang konten bisa nongol di mana-mana: website, aplikasi, media sosial, bahkan perangkat IoT. Makanya CMS modern harus bisa nyimpen, ngatur, dan mengelola semua itu secara efisien.

Kalau dulu CMS itu kayak “lemari arsip digital”, sekarang dia udah jadi otak dari pengalaman digital (digital experience).

Nah, biar nggak bingung, yuk kita bahas satu-satu jenis-jenis CMS yang paling umum dan fungsinya.

5 Jenis Utama CMS Berdasarkan Fungsinya

jenis-jenis CMS

Meskipun sama-sama disebut CMS, ternyata fungsinya beda-beda tergantung kebutuhan dan skala pengguna. Ada lima jenis utama yang paling sering dipakai:

#1. Enterprise Content Management System (ECM)

Bayangin ECM itu kayak “asisten pribadi super cerdas” buat perusahaan besar. Tugasnya? Mengelola semua dokumen penting, mulai dari arsip, kontrak, laporan, sampai email.

Contoh CMS jenis ini antara lain: SharePoint, Documentum, dan Alfresco.

Kelebihan ECM:

  • Fleksibel: Bisa menampung berbagai format file seperti teks, video, gambar, dan lainnya.
  • Efisien: Otomatisasi proses bikin kerjaan tim lebih cepat.
  • Hemat biaya: Simpan data penting aja, nggak buang storage percuma.

#2. Web Content Management System (WCMS)

Nah, ini nih yang paling sering kamu dengar: WordPress, Drupal, Joomla, semua masuk kategori ini. WCMS ngebantu kamu buat bikin, ngedit, dan publish konten di website tanpa ribet.

Keunggulannya:

  • Otomatisasi kerja: CMS bantu publish dan update konten tanpa harus ubah kode manual.
  • Personalisasi: Bisa disesuaikan tampilannya buat target audiens kamu.
  • kalabilitas tinggi: Website kamu bisa tumbuh bareng bisnis, nggak takut “mentok”.

#3. Digital Asset Management System (DAM)

Kamu yang sering pegang file desain, foto, atau video pasti bakal cinta sama DAM. Sistem ini kayak “Google Drive versi super rapi” buat semua aset digital.

Contoh CMS tipe DAM: Bynder, Widen Collective, dan Adobe Experience Manager.

Keunggulan DAM:

  • Pusat penyimpanan: Semua file aman di satu tempat.
  • Publikasi lintas platform: Bisa langsung share ke media sosial atau portal lain.
  • Konsistensi branding: Bantu jaga logo, tone, dan desain biar tetap seragam.

#4. Component Content Management System (CCMS)

CCMS itu kayak main LEGO digital, kamu bikin konten dari potongan-potongan kecil yang bisa dipakai ulang. Cocok buat perusahaan besar atau tim yang sering bikin dokumentasi.

Contoh CMS jenis ini: SDL Tridion Docs, Vasont, IXIASOFT.

Keunggulan CCMS:

  • Konten bisa dipakai ulang: Nggak perlu nulis ulang setiap kali.
  • Transparan: Semua perubahan bisa dilacak siapa yang edit dan kapan.
  • Efisien banget: Hemat waktu, hemat tenaga, hasil tetap konsisten.

#5. Document Management System (DMS)

DMS mirip ECM tapi lebih fokus ke dokumen aja, kayak kontrak, laporan, atau file administrasi. Biasanya dipakai perusahaan buat digitalisasi arsip. 

CMS jenis ini biasanya dikategorikan dalam dua tipe: berbasis cloud (contoh: M-Files dan Docuware) dan berbasis on-premise (dikelola di server sendiri atau self-hosted)

Jenis-Jenis CMS Berdasarkan Formatnya

Selain berdasarkan fungsi, content management system juga bisa dibedain dari format atau caranya diinstal di sistem. Ini penting banget buat kamu yang pengen milih platform sesuai kebutuhan, apakah mau yang bebas utak-atik, yang udah siap pakai, atau yang fleksibel banget buat dikembangin.

#1. Open Source CMS

Open source CMS itu ibarat “proyek gotong royong digital”. Semua orang bisa pakai, ubah, bahkan bantu ngembangin sistemnya bareng komunitas global. Jadi kalau kamu tipe yang suka eksperimen dan pengin kontrol penuh atas websitemu, ini pilihan paling pas.

Fitur khas:

  • Kode sumber terbuka dan bisa dimodifikasi sesuka hati.
  • Komunitas besar yang rajin update plugin, tema, dan patch keamanan.
  • Banyak tutorial dan forum bantuan online, alias learning by Googling banget.

Kelemahan:

  • Butuh sedikit skill teknis buat instalasi dan maintenance.
  • Tanggung jawab keamanan dan backup ada di kamu sendiri.

Contoh CMS open source: WordPress (paling populer), Joomla, Drupal.

#2. Proprietary CMS

Nah, kalau yang ini dikembangkan oleh perusahaan tertentu dan butuh lisensi berbayar.
Proprietary CMS itu kayak “paket premium all-in-one”, semua fitur udah disiapin, support-nya responsif, dan kamu nggak perlu repot mikirin coding atau server.

Fitur khas:

  • Maintenance, update, dan keamanan ditangani langsung oleh penyedia CMS.
  • Dukungan pelanggan 24/7 (biasanya premium).
  • Fitur eksklusif kayak integrasi CRM, personalisasi konten, sampai analitik real-time.

Kelemahan:

  • Biaya lisensi bisa cukup tinggi.
  • Customization terbatas, artinya kamu harus main sesuai aturan penyedia.

Contoh CMS proprietary: Adobe Experience Manager, Sitecore, HubSpot CMS.

#3. SaaS CMS (Software as a Service)

Bayangin kamu “nyewa rumah siap huni. Jadi, kamu tinggal masuk, atur dekor, dan langsung pakai. Nah, itu konsep SaaS CMS. Semua berbasis cloud, jadi kamu nggak perlu ribet install, setup server, atau mikirin update manual.

Fitur khas:

  • Dikelola sepenuhnya oleh penyedia (hosting, update, backup, semuanya otomatis).
  • Bisa diakses dari mana aja, cukup koneksi internet.
  • Biasanya punya drag-and-drop builder yang super gampang dipakai.

Kelemahan:

  • Akses kode sumber biasanya terbatas.
  • Kalau layanan berhenti, datamu harus diekspor cepat-cepat.

Contoh SaaS CMS: Wix, Squarespace, Shopify.

#4. Headless CMS

Nah, ini versi modernnya CMS, super fleksibel! Headless CMS memisahkan backend (tempat ngatur konten) dari frontend (tempat konten tampil). Jadi satu konten bisa dikirim ke banyak platform sekaligus: website, mobile app, smartwatch, bahkan game.

Ibaratnya, kamu punya satu “gudang konten” yang bisa diantar ke mana aja.

Fitur khas:

  • API-based, gampang diintegrasikan ke berbagai sistem.
  • Cocok buat omnichannel marketing.
  • Developer-friendly dan scalable banget.

Kelemahan:

  • Nggak ada tampilan visual editor standar, jadi butuh skill dev.
  • Butuh waktu setup awal yang lebih teknis.

Contoh Headless CMS: Contentful, Prismic, Strapi.

#5. Custom CMS

Kalau empat tipe di atas masih terasa kurang “personal”, inilah solusi paling eksklusif: Custom CMS. Sistem ini dibangun dari nol atau dikembangkan dari CMS lain, tapi disesuaikan 100% sama kebutuhan bisnis kamu.

Fitur khas:

  • Kontrol penuh atas fitur, tampilan, dan workflow.
  • Bisa integrasi mulus sama sistem internal perusahaan (misalnya ERP atau CRM).
  • Mudah dikembangkan seiring pertumbuhan bisnis.

Kelemahan:

  • Biaya awal tinggi karena butuh tim dev khusus.
  • Proses development dan maintenance bisa makan waktu.

Contoh penerapan:
Perusahaan besar seperti media, fintech, atau marketplace sering pakai custom CMS biar performanya stabil dan fitur-fiturnya sesuai kebutuhan unik mereka.

Manfaat CMS bagi Website (dan Kenapa Kamu Butuh)

jenis-jenis CMS

Selain bikin hidup lebih gampang, CMS punya banyak banget manfaat nyata buat website:

  • Mudah dipakai (Usability): CMS ngebebasin kamu dari urusan teknis. Tinggal klik, ketik, publish. Selesai.
  • Kolaborasi mulus: Beberapa orang bisa kerja bareng di satu dashboard tanpa tabrakan tugas.
  • Produksi konten cepat: Artikel bisa dijadwal otomatis, nggak perlu begadang tiap kali mau publish.
  • Omnichannel delivery: Konten kamu bisa tampil di semua kanal, mulai dari web, mobile, atau email, secara konsisten.
  • Built-in SEO tools: Beberapa CMS punya plugin SEO bawaan biar website kamu makin nempel di hasil pencarian Google.
  • Analitik bawaan: Pantau performa website kamu langsung dari dashboard CMS.
  • Integrasi plugin & add-ons: Dari e-commerce sampai form kontak, semuanya bisa ditambah lewat plugin.
  • Konten terpusat: Semua data dan aset bisa diatur dari satu tempat. Praktis banget!
  • Efisien dan hemat biaya: Proses kerja jadi cepat, biaya produksi konten jadi lebih irit.

Kesimpulan

Sekarang kamu udah kenal sama berbagai jenis-jenis CMS dan tahu juga fungsinya bagi website yang ternyata seluas itu. Mau kamu blogger, pebisnis online, atau developer, CMS selalu punya tempat di setiap langkah digital kamu.

Nah, kalau kamu pengin mulai bikin website sendiri tapi belum punya hosting, Diskon.com punya layanan Hosting Gratis yang bisa bantu kamu mulai tanpa keluar biaya sepeser pun.

Langsung aja cek di Diskon.com, siapa tahu ini langkah pertamamu jadi next digital creator!

CMS adalah
cms open source
content management system
drupal
jenis-jenis CMS
wordpress
maskot

Lagi Cari Hosting Gratisan Tapi Seriusan Bagus?

Diskon.com Jawabannya!

Hosting Gratis Tanpa Syarat

  • Cepet, stabil, dan cocok banget buat anak muda yang pengen mulai online-in ide, karya, atau bisnis.
  • Tanpa perlu kartu kredit, tanpa embel-embel. Cukup daftar dan langsung pakai.