Tak jauh dari tempat saya menyantap wedang, Istana Wedang, saya bertemu tempat yang tak kalah menjanjikan. Tempatnya yang berada di seberang Paragon Mall ini seoalah tak kalah ramai dari hingar-bingar Jl. Pemuda, Semarang. Banyak motor yang parkir di depannya hanya untuk mencicipi menu dari warung yang bernama Warung Makan Basahan ini.

Jujur, saya juga tidak terlalu tahu kenapa nama yang tertulis di dalam warung ini adalah Warung Makan Basahan tapi itu adalah satu-satunya identitas yang saya ketahui tentang warung ini. Saya pun memesan satu porsi nasi ruwet sebagai menu makan malam saya kali ini. Nasi ruwet ini saya kenal pertama kali di Jogja. Bentuknya menyerupai magelangan namun menggunakan kekkian, yang memang menjadi gaya masakan Semarang.

Seperti biasa, di warung seperti ini, aroma masakannya selalu dapat tercium sampai kemana-mana. Rasanya tak sabar menunggu antrian giliran saya karena aromanya yang sangat menggoda. Fiuh, setelah lama menunggu akhirnya datang juga pesanan saya. Sebenarnya saya cukup heran dengan ramainya warung ini mengingat saya tidak pernah mendapatkan rekomendasi apapun tentang warung ini. Bisa dibilang ini hanya aksi coba-coba saja alias tanpa referensi.

Saya pun langsung menyantap nasi ruwet yang sudah ada depan saya. Begitu saya makan, campuran rasa gurih dan manisnya langsung terasa di lidah saya. Rasanya lezat karena memiliki rasa yang kaya. Meski didominasi rasa manis, namun menu yang terbuat dari bakmi kuning, bihun, dan nasi ini tak kehilangan cita rasa lainnya. Ketiga bahan pembuatnya pun berpadu dengan sangat pas di mulut.

Meski ini bukan pertama kalinya, tapi untuk saya sensasi memakan nasi ruwet di Semarang kali ini cukup mengesankan. Apalagi tempat ini adalah hasil pengamatan yang tiba-tiba. Semacam menemukan harta karun kuliner di Semarang. Oiya, satu hal yang luar biasa lagi adalah porsinya yang cukup besar mengingat harganya yang cuma Rp. 8.000. Benar-benar sip pokoknya.

Tags : Kuliner, Semarang, Nasi Ruwet